Assalamu'alaikum,..
Jumpa lagi guys, masih, tetap, temanya "pedaling", alias gowes. Dalam rangka menyambut Ramadhan 1436 H, temen-temen komunitas adventure bike menyusun rencana untuk menyambangi gunung, hutan dan sungai (baca : offroad), sebagai penutup kegiatan bersepeda sebelum Ramadhan, dan bersiap untuk kegiatan-kegiatan rutin Bulan Ramadhan (sebenernya ya tidak jauh dari gowes juga sih, hehe...).Kegiatan Ramadhan para rider akan diulas pada kesempatan lain, Insya Allah. :)
Lereng Gunung Wilis, yang akhirnya kita pilih sebagai destinasi agenda "si bolang" kali ini, yang saya dengar dari teman-teman trek ini disebut Alas Mberu.Dari namanya sudah bisa ditebak, kalo ini trek full offroad. Entah bagaimana awal ceritanya, hingga ini menjadi "ritual" rutin sebelum/menyambut Ramadhan. Maklum, saya terhitung anggota baru dalam komunitas ini, yang di kota kami terkenal dengan sebutan KERR (Kediri Rock Rider). Lazimnya anggota baru, kali ini saya tidak banyak tahu tentang serba serbi komunitas, bahkan tidak aktif terlibat dalam setiap agenda kegiatan yang dirancang, tidak seperti di komunitas sepeda kantor saya.So, kali ini saya hanya bercerita tentang seru nya saya ikut sebagai peserta gowes rutin menyambut Ramadhan bersama temen-temen dari KERR, yaitu berpetualang di Alas Mberu.
Hari itu minggu, tanggal 14 Juni 2015.Sesuai info yang di share , kami kumpul di posko yang sudah ditentukan, dan bersiap loading sepeda di mobil yang sudah dipersiapkan, dimulai sejak pukul 06.00 WIB. Saya hitung saat itu ada 10 peserta, sehingga bak mobil chevrolet butut yang kita sewa hanya cukup untuk sepeda dan beberapa anggota. Kebetulan, gowes kali ini ada 2 orang tamu spesial dari luar kota (Cilegon), yang datang membawa mobil dan beliau mempersilakan untuk menggunakan mobilnya sebagai sarana angkut para rider yang tersisa.Yang lebih spesial lagi, beliau berdua adalah rider "senior", dengan usia rata-rata kepala 6, namun mental baja nya mengalahkan mereka yang lebih muda! bagi saya sendiri, beliau berdua jadi inspirasi positif dalam menempa mental dan menaklukkan diri sendiri. Satu lagi yang jadi katalisator dan pemicu semangat saya, salah satu dari beliau mengajak putrinya yang tangguh untuk turut serta. Wow!..Salut !
Setelah semua siap, tiba waktunya untuk brangkat. 3 orang menumpang mobil pengangkut sepeda, sisanya duduk di jok empuk mobil ber AC, termasuk saya, hihi....Dari dalam mobil nampak hiruk-pikuk khas goweser di trek pegunungan menghiasi perjalanan kami menuju ke atas, ke lereng Gunung Wilis, tepatnya di tempat wisata air terjun Ironggolo, yang kita tetapkan sebagai lokasi start. Singkat cerita, tiba lah di lokasi start, kemudian menurunkan sepeda disela-sela asap yang keluar dari mesin tua pengangkut sepeda kami. Beberapa dari kita menyiapkan perbekalan, tool kit, safety wear, dan bahkan ke toilet untuk "mempersiapkan diri",..hihi.
Setelah semua siap dan terpasang, sambil peregangan otot ringan dan foto-foto bersama, kami mantap memulai petualangan. Dimulai berdoa bersama dan briefing ringan tentang hal-hal yang acap terjadi dalam offroad adventure, kita mulai start setelah toss bersama.
Dengan disambut turunan aspal mulus selepas pintu gerbang start, temen-temen rider nampak menikmati udara pegunungan yang sejuk, sembari sesekali melakukan akselerasi dan suspension and brake testing, sebelum benar-benar masuk hutan. Kira-kira setelah 2 km, nampak temen-temen berhenti di belokan jalan tanah trek Alas Mberu. Mas Nando, yang nampaknya kali ini didapuk jadi salah satu leader bersama Mas Irul, memberi aba-aba. Setelah semua kumpul, start langsung masuk jalan masuk hutan. Hidangan pertama adalah tanjakan, dengan kontur tanah sedang, tidak basah dan tidak kering, tidak lembek dan tidak keras. Kondisi trek sangat bersahabat. Perjalanan panjang nampak terpampang di depan mata, dalam hati berkata, "ini pasti seru!" :)
Seperti lazimnya di trek tanjakan, yang kita lakukan adalah shifting, memilih setting kayuhan yang paling ringan dari sepeda kita.Tentu saja ini untuk efektifitas tenaga yang dihasilkan, selain juga untuk hemat stamina. Semakin keatas, udara semakin sejuk, suasana semakin rindang, pemandangan pun semakin memanjakan mata. Meski tidak begitu sempat toleh kiri kanan menikmati pemandangan karena sibuk mengayuh sepeda, hawa sehat pegunungan memancarkan energi positif bagi kami. Panas di dengkul, adem di hati, hehehe...
Kira-kira sekitar 1 km tanjakan, dengkul memberi sinyal bahwa sudut ascending tanjakan mulai naik, semakin curam. Seketika nampak kami semua mulai turun dari sepeda, dan,...TTB, alias nuntun sepeda, hahaha.....benar sekali, dengan sudut kemiringan seperti itu tidak memungkinkan energi yang dihasilkan oleh kayuhan kaki sebanding dengan besarnya energi gaya gravitasi yang ada. Nuntun sepeda, kendati tidak kalah melelahkan, tetap disikapi positif sebagai salah satu bagian dari kegiatan bersepeda offroad. Canda, gelak tawa, saling gojlok, meramaikan sesi ini.Bahkan ada juga yang berteriak sekeras-kerasnya, mungkin untuk melampiaskan sesuatu, mumpung di hutan. Saya sendiri, masih sibuk terpingkal oleh kelucuan teman-teman, sembari ngos-ngosan.
Trek nuntun ini ternyata lumayan panjang. Mungkin jaraknya cuman puluhan meter atau maksimal seratus meter.Namun, karena treknya nanjak dan ditempuh dengan jalan kaki plus nuntun sepeda ber-genre lumayan berat, rasanya seperti puluhan kilometer, hahaha...Di ujung tanjakan, lumayan lega rasanya.Bokong sudah kangen sama sadelnya. Namun, barisan depan memberi sinyal bahwa acara naik sadel sementara urung, karena jalan turun kali ini dimulai dengan melewati jembatan, yang ternyata rusak dan sedang ada perbaikan.Dari atas nampak alat-alat berat sedang, material dan beberapa pekerja yang sibuk.
Setelah Mas Irul melakukan konfirmasi dengan para pekerja, ternyata jembatan masih bisa dilewati. Lega rasanya. Namun tidak mungkin dengan naik sepeda atau bahkan dituntun sekalipun.Nah,..tidak ada cara lain selain jalan kaki sambil memanggul sepeda. Wow!...penderitaan belum berakhir, bahkan baru dimulai. Nuntun sepeda yang tadi ternyata masih "perkenalan", hahaha. Akhirnya, kita semua lewat sambil memanggul sepeda satu persatu, kecuali anggota cewek kami, Mbak Ita. Sepedanya dipanggul oleh anggota kita paling tangguh, Mas Irul.Ya, dia adalah putra asli pegunungan, alhasil dia mempunyai tenaga yang paling super diantara kami semua.Paling tidak itu menurut penilaian saya,.. :)
Selepas melewati jembatan tak lupa kami selfie bersama, bahkan dengan para pekerja konstruksi yang ramah dan nampaknya merasa terhibur oleh kedatangan kami (foto belum bisa ditampilkan, masih ada di kartu memori teman, hehe..). Dengan tawa mereka yang bersahabat, mereka menerima uluran tangan kita berjabat tangan. Meskipun tertawa, wajah mereka menampakkan tanda tanya besar. Paling tidak, menurut visualisasi saya, mungkin dalam hati mereka berkata "orang-orang ini gila apa ya?kurang kerjaan amat main sepeda di hutan"....hahaha...
Petualangan berlanjut. Setelah itu trek mulai bervariasi. Mulai tanjakan, turunan, kelokan tajam, single track, double track, dengan kontur tanah beragam pula. Ada tanah, rock garden (makadam), bahkan sedikit trek aspal dan plester. Perjalanan berlanjut dengan lancar, alam pun bersahabat, menerima dengan tangan terbuka.Sesekali kita beristirahat dan selfie, sembari menunggu teman lain yang masih tercecer di belakang, termasuk saya, hihi,..maklum, pemula. Tak terasa, mungkin sudah dua atau tiga jam kami membaur dan menyatu dengan alam, berkutat dengan sepeda, disela deru gear set dan debur debu tanah yang bergesekan dengan roda-roda radial kami. Dan juga diselingi canda tawa serta teriakan-teriakan penuh semangat dari para rider, memecah kesunyian hutan yang hanya berhias bunyi angin semilir dan kicau burung hutan. Di suatu saat, sambil bersepeda, saya justru sibuk mendengarkan cerita Kakek Dirman, tamu senior kita, tentang pengalaman beliau bersepeda keliling nusantara. Benar-benar luar biasa manusia satu ini bersama rekannya, Pak Kamil. Di saat lain, sayup-sayup terdengar teriakan kata-kata "pura-pura bahagia" dari salah satu rider dan disambut gelak tawa yang lainnya. Saya tidak tau maksudnya, tapi itu tidak penting. Tawa riang mereka cukup menjelaskan kepada saya, bahwa kali ini kami sedang bersenang-senang.
Tak terasa, hari mulai terik. Namun udara masih sejuk, mengingat posisi kita selalu terlindung oleh pohon-pohon pinus besar. Ada insiden kecil, dimana Mbak ita, yang kebetulan di barisan paling depan salah jalur. Sempat sedikit tegang, karena nyasarnya sudah lumayan jauh.Untung anggota lain sangat sigap, mungkin karena jam terbang yang tinggi. Bahkan Pak Kamil, sang ayahanda Mbak Ita ikut mengejar. Mungkin khawatir juga. Alhasil, Mbak Ita pun sanggup terkejar, dan kembali ke jalan yang benar,hahaha....
Singkat cerita, tidak ada kendala berarti selepas insiden tersebut, hingga kami masuk trek turunan super terjal menuju destinasi utama kami, sungai. Saking terjalnya, di trek ini semua harus nuntun dan sesekali harus memanggul sepeda sembari turun ke sungai. Menyesuaikan kondisi medan, sepeda yang mau nyemplung ke sungai kali ini harus estafet. Setelah diatur sedemikian rupa, estafet berlangsung lancar, sepeda sudah nyemplung sungai "dengan selamat".
Byurr!!...beberapa teman sudah tidak sabar nyemplung sungai. Mbak Ita pun tidak ketinggalan. Tidak dipungkiri, air sungai tersebut sangat segar, dingin dan sejuk. Sangat berharga bagi tubuh yang lelah dan kepanasan penuh peluh. Saya pun bergabung dalam "pesta", sambil berwudlu dan Sholat Dhuhur secara bergantian. Sampailah pada sesi favorit kami semua, makan siang. Perbekalan dan peralatan memasak disiapkan, memasak air untuk kopi dan bikin mie instan, dimotori oleh koordinator super kami, Mas Irul. Semua berbaur, mandi, sholat, makan, minum. Dan tetap, bercengkerama penuh canda. Akhir dari sesi ini adalah, semua kenyang, semua senang. Rasanya saat itu, alam sekeliling sedang mengawasi kegembiraan kami dengan tersenyum penuh persahabatan, mengingatkan kami akan kedahsyatan kekuasaan Allah SWT. Masya Allah, kami sangat kecil di hadapan Mu, Yaa Rabb.
Waktunya beranjak. Setelah packing and prepare, sepeda estafet pun dimulai. Ada insiden lagi, David, teman kami yang akrab dipanggil "Ambon", terpeleset di bebatuan hingga punggung kaki kanannya sobek. Dengan sigap Mas Nando segera merawat luka dengan peralatan P3K yang memang sudah disiapkan. Setelah Ambon memberi sinyal, perjalanan dimulai kembali.Kali ini perjalanan mengarah ke arah pulang. Trek turunan, namun tidak terjal. Di salah satu trek makadam saya sempat terjatuh, karena tangan kanan slipped dan terlepas dari handlebar. Untung jatuhnya pas di dinding tebing, tidak di bibir jurang. Setelah dibantu berdiri oleh Rojir, teman saya, gowes dilanjut. Alhamdulillah, tidak ada luka yang parah, hanya lecet biasa. Buat pengalaman, hehehe....
Waktu menunjukkan pukul 14.25. Trek sudah tidak beragam, hanya tanah turunan ringan, dan jalan setapak persawahan di daerah pegunungan. Sesekali dijumpai rumah penduduk. Ketika mendongak ke atas nampak kabel-kabel listrik, pertanda area pemukiman sudah dekat.
Setibanya masuk pemukiman, semua berhenti dan beristirahat sejenak, sambil bercengkerama dengan penduduk desa setempat. Bahkan, salah satu keluarga memberi kita nasi berkat, karena kebetulan barusan sedang ada acara tasyakuran kelahiran bayi. Rojir dan Pak Kamil segera "menindaklanjuti" nasi berkat tersebut, sementara yang lainnya hanya minum, karena mie instan dirasa masih cukup mengganjal perut. Setelah barter mie instan dengan nasi berkat, kami melanjutkan perjalanan pulang. Ya, setelah menghabiskan nasi berkat pemberian warga, kami memberi mereka mie instan yang masih sisa, sekalian mengurangi beban di ransel.
Kali ini Mbak Ita bikin cerita lagi. Justru melewati jalan lempeng minim obstacle, dia jatuh, lantaran ada seonggok kecil bambu yang mengganggu jari-jari roda sepeda, hingga sepeda ambruk. Mbak Ita pun jatuh terjerembab, sehingga dengkulnya terluka, bahkan celananya sampai sobek. Lucunya, Knee Protector yang sejak start setia nempel di dengkul barusan di lepas. Aduh maak,...tapi dasar mentalnya sudah tangguh dari sononya, dia lanjut gowes, meski sambil meringis.
Waktu berpisah pun tiba. Rombongan kami mulai masuk perkampungan hingga perkotaan, yang mengharuskan kita berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Setelah berpamitan dan bersalaman khas rider, kami mulai memilih rute masing-masing menuju rumah. KERR, sesuai namanya, sudah mengisi hari ini dengan petualangan yang menyenangkan, meskipun sedikit keras dan menantang. Bahkan saya dan Pak Rudi yang kebetulan rute pulangnya sama mendapat tantangan tambahan, yaitu ditantang oleh pengendara motor, entah apa sebabnya. Hahaha,...lagi stress kali itu orang. Singkat cerita, kita semua pulang ke rumah masing-masing dengan selamat, menyisakan pengalaman dan kenangan indah dengan alam yang bernama Alas Mberu.
Sesuai judul, tulisan ini bercerita tentang petualangan. Sampai jumpa lagi di petualangan selanjutnya. Lebih seru tentunya. :)
See us at the next pedalling event
GO GREEN, GO HEALTH, GOWES!!
See us at the next pedalling event
GO GREEN, GO HEALTH, GOWES!!
*) Photo's are courtesy of KERR
Peserta tamu, dedengkot gowes senior dari Cilegon