Rabu, 15 Juli 2015

ADVENTURE RIDING with KERR


Assalamu'alaikum,..
Jumpa lagi guys, masih, tetap, temanya "pedaling", alias gowes. Dalam rangka menyambut Ramadhan 1436 H, temen-temen komunitas adventure bike menyusun rencana untuk menyambangi gunung, hutan dan sungai (baca : offroad), sebagai penutup kegiatan bersepeda sebelum Ramadhan, dan bersiap untuk kegiatan-kegiatan rutin Bulan Ramadhan (sebenernya ya tidak jauh dari gowes juga sih, hehe...).Kegiatan Ramadhan para rider akan diulas pada kesempatan lain, Insya Allah. :)
        Lereng Gunung Wilis, yang akhirnya kita pilih sebagai destinasi agenda "si bolang" kali ini, yang saya dengar dari teman-teman trek ini disebut Alas Mberu.Dari namanya sudah bisa ditebak, kalo ini trek full offroad. Entah bagaimana awal ceritanya, hingga ini menjadi "ritual" rutin sebelum/menyambut Ramadhan. Maklum, saya terhitung anggota baru dalam komunitas ini, yang di kota kami terkenal dengan sebutan KERR (Kediri Rock Rider). Lazimnya anggota baru, kali ini saya tidak banyak tahu tentang serba serbi komunitas, bahkan tidak aktif terlibat dalam setiap agenda kegiatan yang dirancang, tidak seperti di komunitas sepeda kantor saya.So, kali ini saya hanya bercerita tentang seru nya saya ikut sebagai peserta gowes rutin menyambut Ramadhan bersama temen-temen dari KERR, yaitu berpetualang di Alas Mberu.
        Hari itu minggu, tanggal 14 Juni 2015.Sesuai info yang di share , kami kumpul di posko yang sudah ditentukan, dan bersiap loading  sepeda di mobil yang sudah dipersiapkan, dimulai sejak pukul 06.00 WIB. Saya hitung saat itu ada 10 peserta, sehingga bak mobil chevrolet butut yang kita sewa hanya cukup untuk sepeda dan beberapa anggota. Kebetulan, gowes kali ini ada 2 orang tamu spesial dari luar kota (Cilegon), yang datang membawa mobil dan beliau mempersilakan untuk menggunakan mobilnya sebagai sarana angkut para rider yang tersisa.Yang lebih spesial lagi, beliau berdua adalah rider "senior", dengan usia rata-rata kepala 6, namun mental baja nya mengalahkan mereka yang lebih muda! bagi saya sendiri, beliau berdua jadi inspirasi positif dalam menempa mental dan menaklukkan diri sendiri. Satu lagi yang jadi katalisator dan pemicu semangat saya, salah satu dari beliau mengajak putrinya yang tangguh untuk turut serta. Wow!..Salut !
   Setelah semua siap, tiba waktunya untuk brangkat. 3 orang menumpang mobil pengangkut sepeda, sisanya duduk di jok empuk mobil ber AC, termasuk saya, hihi....Dari dalam mobil nampak hiruk-pikuk khas goweser di trek pegunungan menghiasi perjalanan kami menuju ke atas, ke lereng Gunung Wilis, tepatnya di tempat wisata air terjun Ironggolo, yang kita tetapkan sebagai lokasi start. Singkat cerita, tiba lah di lokasi start, kemudian menurunkan sepeda disela-sela asap yang keluar dari mesin tua pengangkut sepeda kami. Beberapa dari kita menyiapkan perbekalan, tool kit, safety wear, dan bahkan ke toilet untuk "mempersiapkan diri",..hihi.
     Setelah semua siap dan terpasang, sambil peregangan otot ringan dan foto-foto bersama, kami mantap memulai petualangan. Dimulai berdoa bersama dan briefing ringan tentang hal-hal yang acap terjadi dalam offroad adventure, kita mulai start setelah toss bersama.
         Dengan disambut turunan aspal mulus selepas pintu gerbang start, temen-temen rider nampak menikmati udara pegunungan yang sejuk, sembari sesekali melakukan akselerasi dan suspension and brake testing, sebelum benar-benar masuk hutan. Kira-kira setelah 2 km, nampak temen-temen berhenti di belokan jalan tanah trek Alas Mberu. Mas Nando, yang nampaknya kali ini didapuk jadi salah satu leader bersama Mas Irul, memberi aba-aba. Setelah semua kumpul, start langsung masuk jalan masuk hutan. Hidangan pertama adalah tanjakan, dengan kontur tanah sedang, tidak basah dan tidak kering, tidak lembek dan tidak keras. Kondisi trek sangat bersahabat. Perjalanan panjang nampak terpampang di depan mata, dalam hati berkata, "ini pasti seru!" :)
         Seperti lazimnya di trek tanjakan, yang kita lakukan adalah shifting, memilih setting kayuhan yang paling ringan dari sepeda kita.Tentu saja ini untuk efektifitas tenaga yang dihasilkan, selain juga untuk hemat stamina. Semakin keatas, udara semakin sejuk, suasana semakin rindang, pemandangan pun semakin memanjakan mata. Meski tidak begitu sempat toleh kiri kanan menikmati pemandangan karena sibuk mengayuh sepeda, hawa sehat pegunungan memancarkan energi positif bagi kami. Panas di dengkul, adem di hati, hehehe...
        Kira-kira sekitar 1 km tanjakan, dengkul memberi sinyal bahwa sudut ascending tanjakan mulai naik, semakin curam. Seketika nampak kami semua mulai turun dari sepeda, dan,...TTB, alias nuntun sepeda, hahaha.....benar sekali, dengan sudut kemiringan seperti itu tidak memungkinkan energi yang dihasilkan oleh kayuhan kaki sebanding dengan besarnya energi gaya gravitasi yang ada. Nuntun sepeda, kendati tidak kalah melelahkan, tetap disikapi positif sebagai salah satu bagian dari kegiatan bersepeda offroad. Canda, gelak tawa, saling gojlok, meramaikan sesi ini.Bahkan ada juga yang berteriak sekeras-kerasnya, mungkin untuk melampiaskan sesuatu, mumpung di hutan. Saya sendiri, masih sibuk terpingkal oleh kelucuan teman-teman, sembari ngos-ngosan.
            Trek nuntun ini ternyata lumayan panjang. Mungkin jaraknya cuman puluhan meter atau maksimal seratus meter.Namun, karena treknya nanjak dan ditempuh dengan jalan kaki plus nuntun sepeda ber-genre lumayan berat, rasanya seperti puluhan kilometer, hahaha...Di ujung tanjakan, lumayan lega rasanya.Bokong sudah kangen sama sadelnya. Namun, barisan depan memberi sinyal bahwa acara naik sadel sementara urung, karena jalan turun kali ini dimulai dengan melewati jembatan, yang ternyata rusak dan sedang ada perbaikan.Dari atas nampak alat-alat berat sedang, material dan beberapa pekerja yang sibuk. 
       Setelah Mas Irul melakukan konfirmasi dengan para pekerja, ternyata jembatan masih bisa dilewati. Lega rasanya. Namun tidak mungkin dengan naik sepeda atau bahkan dituntun sekalipun.Nah,..tidak ada cara lain selain jalan kaki sambil memanggul sepeda. Wow!...penderitaan belum berakhir, bahkan baru dimulai. Nuntun sepeda yang tadi ternyata masih "perkenalan", hahaha. Akhirnya, kita semua lewat sambil memanggul sepeda satu persatu, kecuali anggota cewek kami, Mbak Ita. Sepedanya dipanggul oleh anggota kita paling tangguh, Mas Irul.Ya, dia adalah putra asli pegunungan, alhasil dia mempunyai tenaga yang paling super diantara kami semua.Paling tidak itu menurut penilaian saya,.. :)
        Selepas melewati jembatan tak lupa kami selfie bersama, bahkan dengan para pekerja konstruksi yang ramah dan nampaknya merasa terhibur oleh kedatangan kami (foto belum bisa ditampilkan, masih ada di kartu memori teman, hehe..). Dengan tawa mereka yang bersahabat, mereka menerima uluran tangan kita berjabat tangan. Meskipun tertawa, wajah mereka menampakkan tanda tanya besar. Paling tidak, menurut visualisasi saya, mungkin dalam hati mereka berkata "orang-orang ini gila apa ya?kurang kerjaan amat main sepeda di hutan"....hahaha...
        Petualangan berlanjut. Setelah itu trek mulai bervariasi. Mulai tanjakan, turunan, kelokan tajam, single track, double track, dengan kontur tanah beragam pula. Ada tanah, rock garden (makadam), bahkan sedikit trek aspal dan plester. Perjalanan berlanjut dengan lancar, alam pun bersahabat, menerima dengan tangan terbuka.Sesekali kita beristirahat dan selfie, sembari menunggu teman lain yang masih tercecer di belakang, termasuk saya, hihi,..maklum, pemula. Tak terasa, mungkin sudah dua atau tiga jam kami membaur dan menyatu dengan alam, berkutat dengan sepeda, disela deru gear set dan debur debu tanah yang bergesekan dengan roda-roda radial kami. Dan juga diselingi canda tawa serta  teriakan-teriakan penuh semangat dari para rider, memecah kesunyian hutan yang hanya berhias bunyi angin semilir dan kicau burung hutan. Di suatu saat, sambil bersepeda, saya justru sibuk mendengarkan cerita Kakek Dirman, tamu senior kita, tentang pengalaman beliau bersepeda keliling nusantara. Benar-benar luar biasa manusia satu ini bersama rekannya, Pak Kamil. Di saat lain, sayup-sayup terdengar teriakan kata-kata "pura-pura bahagia" dari salah satu rider dan disambut gelak tawa yang lainnya. Saya tidak tau maksudnya, tapi itu tidak penting. Tawa riang mereka cukup menjelaskan kepada saya, bahwa kali ini kami sedang bersenang-senang.
      Tak terasa, hari mulai terik. Namun udara masih sejuk, mengingat posisi kita selalu terlindung oleh pohon-pohon pinus besar. Ada insiden kecil, dimana Mbak ita, yang kebetulan di barisan paling depan salah jalur. Sempat sedikit tegang, karena nyasarnya sudah lumayan jauh.Untung anggota lain sangat sigap, mungkin karena jam terbang yang tinggi. Bahkan Pak Kamil, sang ayahanda Mbak Ita ikut mengejar. Mungkin khawatir juga. Alhasil, Mbak Ita pun sanggup terkejar, dan kembali ke jalan yang benar,hahaha....
         Singkat cerita, tidak ada kendala berarti selepas insiden tersebut, hingga kami masuk trek turunan super terjal menuju destinasi utama kami, sungai. Saking terjalnya, di trek ini semua harus nuntun dan sesekali harus memanggul sepeda sembari turun ke sungai. Menyesuaikan kondisi medan, sepeda yang mau nyemplung ke sungai kali ini harus estafet. Setelah diatur sedemikian rupa, estafet berlangsung lancar, sepeda sudah nyemplung sungai "dengan selamat". 
         Byurr!!...beberapa teman sudah tidak sabar nyemplung sungai. Mbak Ita pun tidak ketinggalan. Tidak dipungkiri, air sungai tersebut sangat segar, dingin dan sejuk. Sangat berharga bagi tubuh yang lelah dan kepanasan penuh peluh. Saya pun bergabung dalam "pesta", sambil berwudlu dan Sholat Dhuhur secara bergantian. Sampailah pada sesi favorit kami semua, makan siang. Perbekalan dan peralatan memasak disiapkan, memasak air untuk kopi dan bikin mie instan, dimotori oleh koordinator super kami, Mas Irul. Semua berbaur, mandi, sholat, makan, minum. Dan tetap, bercengkerama penuh canda. Akhir dari sesi ini adalah, semua kenyang, semua senang. Rasanya saat itu, alam sekeliling sedang mengawasi kegembiraan kami dengan tersenyum penuh persahabatan, mengingatkan kami akan kedahsyatan kekuasaan Allah SWT. Masya Allah, kami sangat kecil di hadapan Mu, Yaa Rabb.
          Waktunya beranjak. Setelah packing and prepare, sepeda estafet pun dimulai. Ada insiden lagi, David, teman kami yang akrab dipanggil "Ambon", terpeleset di bebatuan hingga punggung kaki kanannya sobek. Dengan sigap Mas Nando segera merawat luka dengan peralatan P3K yang memang sudah disiapkan. Setelah Ambon memberi sinyal, perjalanan dimulai kembali.Kali ini perjalanan mengarah ke arah pulang. Trek turunan, namun tidak terjal. Di salah satu trek makadam saya sempat terjatuh, karena tangan kanan slipped dan terlepas dari handlebar. Untung jatuhnya pas di dinding tebing, tidak di bibir jurang. Setelah dibantu berdiri oleh Rojir, teman saya, gowes dilanjut. Alhamdulillah, tidak ada luka yang parah, hanya lecet biasa. Buat pengalaman, hehehe....
       Waktu menunjukkan pukul 14.25. Trek sudah tidak beragam, hanya tanah turunan ringan, dan jalan setapak persawahan di daerah pegunungan. Sesekali dijumpai rumah penduduk. Ketika mendongak ke atas nampak kabel-kabel listrik, pertanda area pemukiman sudah dekat.
    Setibanya masuk pemukiman, semua berhenti dan beristirahat sejenak, sambil bercengkerama dengan penduduk desa setempat. Bahkan, salah satu keluarga memberi kita nasi berkat, karena kebetulan barusan sedang ada acara tasyakuran kelahiran bayi. Rojir dan Pak Kamil segera "menindaklanjuti" nasi berkat tersebut, sementara yang lainnya hanya minum, karena mie instan dirasa masih cukup mengganjal perut. Setelah barter mie instan dengan nasi berkat, kami melanjutkan perjalanan pulang. Ya, setelah menghabiskan nasi berkat pemberian warga, kami memberi mereka mie instan yang masih sisa, sekalian mengurangi beban di ransel.
          Kali ini Mbak Ita bikin cerita lagi. Justru melewati jalan lempeng minim obstacle, dia jatuh, lantaran ada seonggok kecil bambu yang mengganggu jari-jari roda sepeda, hingga sepeda ambruk. Mbak Ita pun jatuh terjerembab, sehingga dengkulnya terluka, bahkan celananya sampai sobek. Lucunya, Knee Protector yang sejak start setia nempel di dengkul barusan di lepas. Aduh maak,...tapi dasar mentalnya sudah tangguh dari sononya, dia lanjut gowes, meski sambil meringis.
           Waktu berpisah pun tiba. Rombongan kami mulai masuk perkampungan hingga perkotaan, yang mengharuskan kita berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Setelah berpamitan dan bersalaman khas rider, kami mulai memilih rute masing-masing menuju rumah. KERR, sesuai namanya, sudah mengisi hari ini dengan petualangan yang menyenangkan, meskipun sedikit keras dan menantang. Bahkan saya dan Pak Rudi yang kebetulan rute pulangnya sama mendapat tantangan tambahan, yaitu ditantang oleh pengendara motor, entah apa sebabnya. Hahaha,...lagi stress kali itu orang. Singkat cerita, kita semua pulang ke rumah masing-masing dengan selamat, menyisakan pengalaman dan kenangan indah dengan alam yang bernama Alas Mberu. 
         Sesuai judul, tulisan ini bercerita tentang petualangan. Sampai jumpa lagi di petualangan selanjutnya. Lebih seru tentunya. :)


See us at the next pedalling event

GO GREEN, GO HEALTH, GOWES!!


*) Photo's are courtesy of KERR 

                  
Peserta tamu, dedengkot gowes senior dari Cilegon































Selasa, 14 April 2015

GRAVITY EPIC (SEMAR PART. 2)

Halo semua, kali ini masih tentang petualangan bersepeda dengan komunitas kami, SEMAR. By the way, kalo baca judulnya ngeri yah?..kayak kisah-kisah kepahlawanan gitu, hahaha....penasaran bukan? selamat mengikuti!
        Ehem!...sudahlah, gak usah ribut masalah judul, hehe..Tapi, kalo judul berbahasa Inggris itu diartikan ke dalam Bahasa Indonesia tercinta, sudah nampak kemana arah cerita ini akan berjalan.Yup, betul sekali ! ini kisah tentang perjuangan anak-anak (lebih tepatnya bapak-bapak) anggota SEMAR dalam menakhlukkan gravitasi (baca : trek tanjakan).Nah, serem bukan? yang pasti seru.
        Di kota kami, sebuah kota kecil di Jawa Timur yang tenang dan bersahaja, tersedia banyak destinasi alam yang akrab dengan para penghobi sepeda, dengan berbagai varian karakter trek. Meskipun komunitas ingusan ini beranggotakan para pemula, tapi dalam hal mental mereka adalah juara, khas para pemain bulu tangkis amatir.Ya, sebagian besar dari kami memang tergabung dalam klub bulu tangkis kantor.Saya katakan amatir, karena selain memang bukan pro, jam terbang kami dalam mengikuti berbagai pertandingan tidak bisa dipandang sebelah mata. Inilah yang menempa mental kami, termasuk dalam hal bersepeda. Bisa dilihat dari setiap kegiatan bersepeda kami, dimana mayoritas kami memakai sepatu bulu tangkis.Terkesan lucu memang, tapi bagi saya istimewa.Inilah ciri khas kami, gaya kami, mental tanpa menyerah kami, yang beberapa kali mendapatkan salut dari komunitas lain, bahkan dari para pemain sepeda lama (senior).
          Setelah berkali-kali melakukan jadwal gowes dengan trek aspal flat, kami merasa perlu untuk menjajal adrenaline dengan menyambangi trek yang bisa bikin lebih kringetan.Bonek khas Jawa Timur pun bicara. Rencana pun mulai disusun di meja kantin, seperti biasa. Berbagai cerita tentang ganasnya tanjakan trek yang akan kita pilih, tidak menciutkan nyali kami.Ya, selain saya dan dua anggota lain, sisanya memang belum pernah sama sekali bersepeda menyusuri trek tersebut, yang biasa disebut Trek Kanyoran oleh para goweser."Capek ya dituntun, gitu aja kok repot!" cetus Mas Mahmudi, anggota SEMAR yang paling tangguh, karena rumahnya paling jauh.Alhasil, beberapa anggota yang awalnya rada-rada keder semakin tersulut motivasinya. "Kalau tidak nekat, sampai kapanpun tidak akan pernah berangkat!" mereka kompak bersemangat. Disepakatilah destinasi, posko, jam hingga pit stop (baca: warung makan, hehe..).Yes, semua sudah sepakat,  rencana sudah matang, tekadpun semakin bulat.
          Hari yang dinanti pun tiba, yaitu Sabtu pagi jam 05.30, jadwal default kita bergowes ria. Hingga pada titik start di posko pemberangkatan, semua berjalan lancar sesuai rencana.Para anggota datang tepat waktu dengan semangat 45. Eh, ada juga sih yang telat, tapi cuma beberapa menit, dan orangnya tetap itu-itu aja. Tidak masalah. Jemaah telad-an (suka telat) ini akan kita bahas pada topik lain, tunggu tanggal mainnya guys! hehe,.....Overall, tidak ada kendala yang berarti, dan...berangkat!
         Seperti biasa, teman-teman memulai gowes pagi dengan kecepatan sedang, sambil bercandaria. Mas Budi (kami biasa memanggilnya Mas Box), meramaikan lengangnya pagi hari dengan tawa nya yang khas. Udara pagi yang sejuk menambah nikmatnya bersepeda kala itu, hingga sekitar 20 menit sampai titik start kedua, yaitu pintu masuk rute tanjakan. Beberapa ada yang minum, sementara yang lainnya melakukan senam kecil dan peregangan. Dari bawah nampak rute tanjakan yang panjang, bagaikan wellcome drink hotel bintang 4 yang siap menyambut kedatangan kami. Hmmmm,.....mantab! gumamku.
          "Ok, siap, start!...saya memberi komando, setelah teman-teman nampak siap. Kesan pertama jelas, kayuhan menjadi tambah berat, otomatis kecepatan juga berkurang. Teman-teman menyikapinya dengan berbagai ekspresi. Ada yang serius menata kayuhan dan nafas, ada yang sibuk shifting sambil ngos-ngosan, bahkan ada yang saling mentertawakan (atau mentertawakan diri sendiri), macem-macem. Lucu juga, seru! Saya, yang termasuk dalam barisan depan, bahkan sempat mendengar suara umpatan yang keras dari belakang, disusul gelak tawa seluruh anggota. Beberapa goweser dari kelompok lain yang melintas pun ikut tertawa.Yah, mungkin untuk menyemangati diri sendiri demi menakhlukkan tanjakan pertama. Belakangan saya tau suara tersebut asalnya dari Mas Box, salah satu anggota "Big Size". Hahaha,...Mas box, Mas Box...
            Sekitar 1 kilometer tanjakan pertama, saya memberi isyarat istirahat untuk sekedar minum dan melemaskan otot. Bisa ditebak, semua pun setuju, istirahat. Istirahat kali ini sangat spesial, karena disinilah air minum terasa nikmat, duduk terasa enak, tanah yang kotor pun jadi kasur ternyaman bagi punggung yang sekedar butuh rebah. Maklum, ini pengalaman pertama mayoritas anggota di atas tanjakan. Semua anggota pun tidak menyia-nyiakan fasilitas yang diberikan oleh alam tersebut. Tetap, momentum ini diisi oleh gurauan-gurauan spontan dari teman-teman, seperti biasanya. Saat itu Mas Box lah yang paling getol mendapatkan bully, lantaran nyampe paling belakang. Sementara yang lain menyoraki sambil tepuk tangan, beberapa mengambil gambar melalui kamera HP. Seakan tidak peduli situasi sekitar, Mas Box tetap "keep on struggle", fokus menyelesaikan obstacle pertama. Begitu nyampe dan menyandarkan sepeda, Mas Box pun langsung mengambil tempat menyusul yang lain, rebah!...tentu saja pemandangan ini semakin menambah riuhnya suasana pagi itu.
        Sekitar 10 menit istirahat, kami pun bersiap berangkat, menatap rute tanjakan yang bahkan belum seperempat jalan kita lintasi. Saya paham, seperti saya dulu, menghadapi situasi seperti ini perasaan bercampur aduk, antara gamang, penasaran, dan stress akibat kelelahan fisik. Tapi itu berhasil diredam oleh motivasi dari teman-teman yang lain, selain mental yang memang sudah "bonek" dari sono nya. Lanjut, tancap!
            Perjalanan selanjutnya semakin seru. Beberapa anggota mulai banyak yang sudah menemukan irama nafas dan kayuhannya, namun tidak sedikit pula yang mulai sedikit terkuras fisiknya. Keringat pun bercucuran. Tidak berubah, suasana tetap penuh canda tawa, bahkan semakin seru! Petualangan yang mulai bisa ditemukan kenikmatannya ini terasa semakin melelahkan. Belum lagi sudut ascending tanjakan semakin lama semakin curam, sehingga membutuhkan tenaga ekstra dan tentu saja mental baja! 1 kilometer pertama mulus, 2 kilometer mulus, setelahnya mulai ada yang "berguguran", hahaha...Namun, itu hanya satu dua orang, sisanya masih tangguh.Bahkan Pak Hasan, yang pada pengalaman sebelumnya di tanjakan yang berbeda hampir pingsan karena salah perhitungan dan kehilangan momentum, kali ini beliau sangat bagus akselerasinya.Ini pengalaman kedua yang sukses buat beliau.
        Sampailah pada tempat istirahat kedua. Kali ini Mas Box punya temen, yaitu Mas Hamim, sama-sama anggota "terbesar" yang nyampe paling buncit. Gurauan pun semakin riuh rendah. Namun ini sempat terhenti lantaran Mas Hamim nampak sangat pucat dan tidak sanggup berdiri sesampainya di tempat istirahat. Setelah dibantu istirahat, canda tawa pun berlanjut seperti biasa. Saat sesi foto bersama pun Mas Hamim hanya mampu duduk bersandar, sementara yang lain bergaya dengan sepeda sembari melambaikan tangan (inset). Mas Box, kendati pun ngos-ngosan, nampak mulai menemukan iramanya. Pertanda yang baik. Kira-kira sepertiga perjalanan, petualangan seru ini sudah memakan dua korban. Meski begitu, nampak guratan-guratan kegembiraan di wajah teman-teman, menunjukkan bahwa kesegaran dan keindahan alam pegunungan cukup untuk membayar peluh yang dikeluarkan. Tegur sapa penuh keakraban para goweser lain yang melintas dan keramahan penduduk pegunungan, semakin membuat kami betah. Jadilah kami semua menghirup nikmatnya udara pegunungan sembari istirahat.Nikmatnya, MasyaAllah.
          Setelah terlebih dulu berkonfirmasi dengan Mas Hamim yang sempat drop, perjalanan pun kami lanjutkan. Alhamdulillah, lancar tanpa hambatan, para goweser semakin akrab dengan alam tanjakan, sambil menikmati udara yang bersih, alam yang hijau, sesekali memandang ke bawah (jurang). Dari arah yang berlawanan, nampak dari kejauhan kota tercinta kami. Sejak itu nyaris tidak ada masalah berarti hingga sampai puncak, yang dilanjutkan dengan turunan memutar menuju rute pulang.Sebelumnya kita istirahat sekali lagi di sebuah tempat yang nyaman dan cukup rindang, sekalian foto-foto, yang memang sudah direncanakan oleh Pak Haji Tri, anggota kami yang advanced di bidang fotografi. Dengan kamera DSLR plus lensa 200mm barunya, beliau mulai beraksi. Kami pun jadi model dadakan. Hasilnya sih bagus, gayanya aja yang belepotan, hihihi....Oh ya, yang membuat kami lega, kali ini Mas Hamim sudah sanggup bergaya di depan kamera, hahaha....
       Sampailah kita pada satu tanjakan terakhir, sebelum akhirnya melintasi jalur pulang. Bisa ditebak, jalur pulang ini full turunan. Waktu menunjukkan pukul 09.30, kami berhenti di pit stop terakhir, warung pecel favorit kami, sekitar setengah kilometer meninggalkan pintu gerbang daerah pegunungan. Pecel yang sangat enak bagi lidah kami, dan mampu menggantikan energi yang kita keluarkan sambil membahas kembali petualangan kami berikut kisah-kisah lucu yang menyertainya. Ditutup segarnya es jeruk nipis, semua kelelahan telah terbayar lunas. Kami benar-benar menikmati hidup. Sampai akhirnya kami semua pulang menuju rumah masing-masing, dengan sisa-sisa tenaga yang kami miliki.
        Meskipun awalnya mengeluhkan beratnya medan, ternyata ada dua pelajaran yang berhasil didapat dari pengalaman pertama di tanjakan. Pertama, tidak ada yang lebih penting daripada nyali. Kedua, gowes tidak untuk membuktikan apapun! dengan perhitungan tepat, kita dapat menundukkan kesombongan diri, akhirnya alam pun menerima kita dengan tangan terbuka. SEMAR, telah mendapatkan pelajaran berharga dari alam.
      Namanya saja pengalaman pertama, maka akan ada pengalaman-pengalaman selanjutnya.(bersambung).

 See us at the next pedalling event

GO GREEN, GO HEALTH, GOWES!!

Mas Box


Ada satu anggota yang hanya mampu duduk bersandar




"Big Size" Box






     

Minggu, 12 April 2015

SEMAR

Hmmm....lama juga nggak nulis di blog.Jangankan nulis, kira2 sekitar setengah tahun buka blog aja nggak pernah.Sorry guys, bukannya sok sibuk, tapi emang baru sempat, atau lebih tepatnya, baru kali ini bisa nyempat-nyempatin, hahaha...
      Ok guys, sesuai judulnya, kali ini mau crita tentang komunitas baru, yah, tentu saja komunitas gowes. Alkisah, (weiss..) ada undangan acara Fun Bike untuk kantor, dari sebuah instansi pemerintah setempat.Meskipun membayar sejumlah uang untuk kompensasi, tulisannya "undangan".Yah, anggap aja kita diundang, hahaha...Tadinya sih sempat pesimis dengan adanya undangan itu, karena selama ini yang aktif gowes di kantor hanya sekitar tiga sampai empat ekor, termasuk saya.Entah karena ada iming2 hadiah dan doorprize, atau emang saking sudah penatnya dengan rutinitas kantor, tanpa disangka banyak temen kantor yang berminat untuk ikut.Tidak banyak2 amat sih, tapi di luar dugaan saya, ngumpul sekitar 12 orang.Lumayan, atau (bagi saya) fantastis!... haha...Bahkan, ada beberapa yang belum punya sepeda pun dibela2in beli sepeda baru!..
      Motivasi teman-teman berlanjut hingga mendekati hari H acara Fun Bike, yang berujung pada kesepakatan bikin jersey seragam!...wow!..Saya pun kebagian tugas untuk beli seragam yang di danai secara patungan. Jadilah kita punya seragam, yang saya dapat melalui online shop, karena memang dalam waktu yang singkat membeli seragam 12 pcs dengan berbagai ukuran di toko2 lokal bukanlah hal yang mudah.
      Singkat cerita, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Sesuai kesepakatan, kita kumpul di suatu tempat, dan berangkat untuk acara Fun Bike.Begitulah Fun Bike, tidak perlu saya ceritakan, karena memang judulnya bukan tentang Fun Bike.
       Meski demikian, even inilah cikal bakal berdirinya komunitas kami. Sejak adanya acara tersebut, motivasi teman-teman untuk gowes ria berlanjut, bahkan semakin meninggi.Sejak itu kita sepakat menyusun agenda rutin untuk gowes, dengan rute bervariasi secara bertahap, dimulai dari trek-trek ringan.Serba-serbi bersepeda yang kita alami semakin memperkuat kecintaan kami akan sepeda, seperti fenomena ngos2an, saling ejek dan bercanda, makan bersama di warung, hingga crank pedal (kami biasa menyebutnya onthel) yang lepas karena bautnya kendor, benar-benar barang mahal yang jarang kita temui sehari-hari.
     Flash back sebentar, sebenarnya sebelum Fun Bike sudah ada "benih-benih" lahirnya komunitas gowes kami, yaitu beberapa teman sudah mulai gabung ketika saya gowes di akhir pekan.Mungkin memang takdir, dengan momentum yang tepat, datanglah undangan acara Fun Bike yang menurut saya jadi katalisator (kalo tidak boleh disebut "racun" atau "virus") bagi teman-teman yang lain untuk semakin mengenal dan mencintai oleh raga ini.
      Nah, kembali ke laptop......yang terjadi selanjutnya adalah, semakin hari kami semakin solid, semakin bisa menikmati, semakin "menjadi-jadi", hingga semua itu berujung pada satu ide yang sama, "bikin komunitas".Entah terinspirasi (atau ikut-ikutan) komunitas lain, yang jelas memang kegiatan ini dirasa butuh dikelola bersama2 secara kompak, melalui wadah semacam komunitas, atau apalah namanya.Yang penting ada koordinasi, kesepakatan, yang outputnya sehat dan senang bersama.Kami tidak peduli apa namanya, sehingga nama kumpulan kita pun lahir dari keisengan yang pada akhirnya mencerminkan wajah kita sendiri.
     Adalah "SEMAR", nama yang akhirnya kita pilih. Ini berawal dari kejadian yang umum dialami para pemula, yang mana banyak dijumpai anggota yang ngos2an ketika bersepeda. Mereka biasa kita sebut "semar", karena kebanyakan perutnya gede, sesuai personifikasi semar dalam pewayangan.Yah, dibuat lucu-lucuan aja, karena pada akhirnya itu lah yang terpenting, yaitu hal2 lucu yang menghiasi kegiatan bersepeda kita, termasuk fenomena anggota "semar" tadi."Daripada repot-repot bikin nama aneh-aneh, kasih nama Semar aja, gampang nyebutnya",...begitu kata Mas Hamim, salah satu anggota yang kebetulan termasuk anggota makmur (baca:tambun, hehe..sori mas ham.. ), yang disambut kata sepakat dari teman-teman lainnya.
    Belakangan SEMAR di artikan juga ke dalam berbagai filosofi positif dalam pewayangan, bahkan dijadikan akronim : SEPEDA, MAKAN, REKREASI (SEMAR), dan kebetulan memang tiga hal itulah yang kita lakukan saat bersepeda. Dua hal terakhir memang terkesan maksa, tapi gak papa, yang penting semangat, hehe...Ok, jadilah Komunitas SEMAR, yang beranggotakan orang-orang "gila" ngeluyur dengan sepeda, yang belakangan bahkan ada anggota baru dari luar kantor saya.
    Dengan pertimbangan yang tidak jelas, saya lah yang akhirnya ditunjuk teman-teman untuk disebut sebagai ketua, didampingi Mas Munir yang diberi tugas mengelola kas, yang disebut bendahara.Sejak saat itu, sebagai ketua (weiss..), saya tetapkan tanggal 22 Februari sebagai hari jadi SEMAR, bertepatan dengan tanggal dilaksanakannya even Fun Bike tadi.Belum sepakat sih, tapi saya yakin teman2 setuju aja, asal kegiatan sepeda, makan dan rekreasi tetap jalan, yang lainnya dirasa tidak begitu penting, hehe...
      SEMAR, bagi saya, adalah awal yang baik, wadah pemersatu, media silaturahmi, semoga  ke depan bisa memberi manfaat yang lebih luas lagi untuk semua.Dipikul bersama, senang bersama, sehat bersama. (bersambung).

See us at the next pedalling event

GO GREEN, GO HEALTH, GOWES!!









Rabu, 01 Oktober 2014

ROAD ROOKIE

Guys,...bukan ganti aliran nih, cuman pengen ganti suasana aja. Kali ini nyoba roadbike, yang kebetulan barusan dapet baru, mumpung ada diskon,,hehe....pamer dikit lah :) Kalo kata yang jual sih ini sepeda memang cocok untuk para road rookie seperti saya. Memang penampakannya sih begitu, ukuran head tube nya aja 150mm.
        Adalah produk merk Merida seri Ride Lite 91 tahun 2012, yang berhasil menarik perhatian saya, selain itu adalah produk termurah di deretan display Bike Colony Square Mall Solo, hehe...Eit, meskipun termurah, brand keluaran Germany ini punya finishing istimewa seperti umumnya brand impor lo...disamping itu, meski termurah dan ada diskon, ni barang termasuk mahal juga bagi saya yang seorang PNS kecil , hehe..
      Nah, sekarang udahan pamernya.Saya akan coba kembali setia ma judul, hehe...karena masih pemula, kita belum punya temen sealiran (road) nih, so, setiap turun ke jalan cuma sendirian, alias single riding. Kesan pertama sih rada sulit pengendaliannya, mengingat geometri, posisi tubuh dan semua hal berbeda dengan MTB dan AM bike, otomatis handling juga beda.Yang tak terlupakan lagi, leher dan pinggang rada cepet capek!...hihihi....namun, setelah rutin setiap minggu nge-road, akhirnya mulai bisa menikmati.Capek dan ngilu berubah jadi rasa nikmat.Aneh, nampaknya bukan cuma menikmati, tapi bisa dikatakan mulai "jatuh cinta" ma road bike!...asyik abis bo!...bisa commuting, bisa mini touring, bisa berlagak race, so, dari sisi petualangan tidak kalah menyenangkan dari sepeda gunung. Dengan sepeda yang jauh lebih ringan (meski masih alluminum) dan trek yang mulus minim obstacle, kita bisa lebih bebas mengeksplor kecepatan dan jarak.So, adrenalin tetap mendapatkan tempatnya disini. Mo keringetan, hajar! (saat itu max. speed pada cyclometer menunjukkan 38 km/hr)...mo long distance,...genjot aja!..(distance 54 km selama 3,3 jam....lumayan lah untuk pemula, hehe..), Groupset entry level keluaran shimano sora 9 speed dengan triple chainringnya loncer juga, ajib! Frame allutech hidroforming yang dibuat handmade di Taiwan dengan teknologi triple butted juga ciamik, plus fork carbon dan taperred tube yang sukses meredam getaran di jalanan aspal.Traksi yang berhasil diredam didukung oleh ban depan belakang yang menggunakan produk Maxxis Detonator ukuran 700x25c, yang melingkar pada wheelset Alex Rim 24 spokes..Dengan ukuran frame 50 sesuai ukuran tubuh rider, ber-road ria menjadi alternatif dan varian baru yang tidak kalah asyiknya dalam menghabiskan penghujung akhir pekan diatas pedal. Pantesan Ride Bike Magazine menyematkan bintang empat pada reviewnya untuk produk ini. Belum lagi sepanjang jalan bisa juga kalo mau wisata kuliner, tinggal pilih, hehe...
        Hmmm,...tetap,...tidak ada niatan untuk berganti aliran atau apalah istilahnya, bahkan dari dulu memang tidak ada niatan ber-aliran-aliran ria. Apapun sepedanya, siapapun temannya, seperti apapun jenis treknya, sendiri ato rame-rame, asal yang dilakukan sama, yaitu GOWES!....dimanapun, kapanpun, mari bersenang-senang dengan sepeda, seperti kata Paul Chetwynd, legenda sepeda asal Kanada : "CYCLING SHOULD BE FUN!"

See us at the next pedalling event

GO GREEN, GO HEALTH, GOWES!!








Sabtu, 05 Juli 2014

TOTALLY (FUN) OFFROAD

Kalau ini rada serius guys,...bersama para goweser dari komunitas, melibas trek terjal dengan varian obstacle yang menantang. Di tempat kami, kami menyebutnya trek anggrek.Konon katanya, karena "pintu masuk" pada awal tanjakannya terdapat lahan budi daya anggrek. Wallahu a'lam, ketika disana saya gak pernah tau yang sebelah mana tanaman anggreknya. Atau jangan-jangan memang nggak ada anggreknya, hahaha....stop!..bukan sedang ngebahas anggrek, heheh..
      Tidak seperti biasanya, kami hanya berangkat bertiga.Mungkin karena ini liburan tahun baru, jadi banyak yang hang on dalam bentuk yang lain.Memang, ini bukan trek dengan grade tantangan tertinggi, namun karena saat itu trek lagi basah akibat hujan semalem, unofficially grade nya jadi rada naek.Buktinya, pemandangan ban selip, terjerembab, out of control hingga harus nyungsep ke semak belukar, sangat akrab di mata kita saat itu, dilatarbelakangi soundtrack tawa kita bertiga.Maklum, di atas sangat sunyi, cuma angin dan gemerecak lumpur yang tercerai berai oleh ban-ban heavy duty sepeda kami.
       Guys, jangan dikira trek ini seperti trek yang lain, sekali lagi, akibat hujan, jalan jadi tertutup, kombinasi tanah, rumput, air, pasir dan belukar mengaburkan jalanan yang biasa kita lewati.Bahkan banyak kita temui jalan yang "hilang", sehingga kita harus menerobos semak-semak, yang bahkan penuh duri.Ada yang baret, ada lecet, namun kita tetap "tabah" sambil meringis.Benar-benar kasian sepeda kita,...hihihihi....Untung kita sudah melewati jaman analog, sehingga kita bisa menggunakan teknologi GPS untuk menghindari kesasar.Dengan tekad khas "Si Bolang", kami bertiga pun memacu pedal dengan satu tujuan : Puncak.
      Sesampainya di puncak,...worth it!!...pemandangan yang sangat indah, walaupun matahari sudah rada tinggi, hawa di atas savana kala itu lumayan sejuk, angin juga sangat bersahabat, sehingga menetralkan badan yang kepanasan oleh peluh dan keringat.Phew!..rasanya gak pengen pulang.Padahal pas mau pulang rada bingung juga lewat mana, karena jalan tertutup lumpur dan semak.Setelah bernarsis ria, dengan berbekal kompas, kita memulai perjalanan pulang.Karena itu sudah di puncak, maka hanya satu jalan pulang yang ada di benak kami, yaitu : Turun.
      Setelah menentukan arah mata angin, barulah kita turun.Turun kali ini tidak kalah serunya dengan saat naik.Obstacle nya lebih "sadis", dengan kondisi becek, curam dan basah.Untung Brakeset Deore M596 kami masih mampu untuk diajak kerja.Ujung dari perjalanan pulang yang melelahkan namun seru ini adalah sebuah sungai kecil khas pegunungan dengan air segar dan bebatuannya, setelah melintasi hutan jati yang panjang.Byurr!! kita bertiga nyemplung, all package bersama sepedanya, sambil melampiaskan emosi yang sempat teraduk di atas tadi.
    Singkatnya, dengan kondisi basah dan kotor, kami benar2 pulang, melintasi area persawahan dan menyapa para petani, kampung, hingga wilayah perkotaan sampai rumah.Sambil menyemprot sepeda yang belepotan penuh lumpur, dalam hati berkata : "Suatu saat nanti aku harus kembali lagi kesana"..

See us at the next pedalling event
GO GREEN, GO HEALTH, GOWES!!






Total Tayangan Halaman